Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija

Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija - Hallo sahabat Putri Dija yang aku sayangi dan aku rindukan, pembaca Diary Putri Dija, Terimakasih sudah mampir di Diary Putri Dija yang sederhana ini, Saat ini diary yang Putri Dija tulis dengan judul Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija, Putri Dija sudah sengaja membuat artikel diary ini dengan maksut sebagi dokumentasi saja. Mudah-mudahan isi diary dengan label diary Baby Dija's Gallery, diary Baby Dija's Story, yang Putri Dija tulis ini dapat menjadi inspirasi buat teman-teman. Baiklah, selamat membaca, semoga bermanfaat, Jangan lupa subcribe Blog Diary Putri Dija ya...???

Judul : Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija
link : Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija

Baca juga


Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija


Catatan Tante Elsa :

Ini cerita tentang minggu-minggu awal Dija sekolah di Playgroup Al Iman Jombang. Dija masuk pertama kali hari Senin tanggal 8 Juli 2013. Di hari pertamanya, Dija gak nangis karena seharian Dija didampingi Tante Elsa. Dija benar-benar gak mau ditinggal sedetik pun. Padahal sebelumnya, Bu Kepala Sekolah sudah bilang bahwa pada masa awal sekolah, orang tua hanya boleh mendampingi anaknya pada dua minggu pertama. Berhubung Dija masih playgroup, yang masuk sekolah hanya tiga kali seminggu, itu artinya pihak sekolah hanya memberi kesempatan beradaptasi didampingi orang tua hanya 6 kali pertemuan. Dija di lingkungan rumah tak banyak bergaul dengan teman sebaya, jadi Dija merasa kesulitan beradaptasi di lingkungan sekolah. Aku cukup ketar ketir soal ini... takutnya Dija butuh lebih banyak minggu....






Hari Kedua, Rabu 10 Juli 2013
Dija masih lengket ket ket, gak mau ditinggal sama sekali. Dija tampak tertarik dengan permaian dan nyanyian yang dilakukan Bu Guru, tapi Dija terlalu malu untuk mengikutinya. Dija lebih memilih untuk pegang kakinya Tante Elsa daripada ikut bermain.

Masuk sekolah jam 7.30 dan pulang 10.00 pagi. Tante Elsa masih ada di samping Dija sampai pukul 09.00. Dija bersedia ditinggal karena aku pakai alasan mau pipis ke kamar mandi. Waktu itu Dija di kelas. Duduk sendirian sambil cemberut. Dipegang gurunya, Bu Laila, Dija langsung marah. Tapi diajak ngomong masih mau. Bu Laila agak gak ngerti cara ngomongnya Dija yang cenderung cepat, jadi Dija makin kesal. Tapi menjelang jam 10, Dija sudah gak marah. Pulang sekolah juga sudah mau dipasangin sepatu oleh Bu Laila.




Waktu pulang sekolah, Aku sudah menunggu di depan kelas. Dan Dija langsung memelukku sambil menahan tangis. Dia bilang "Buk, jangan ditinggal dong Buk". Aku jadi terharu. Ketika pulang kami naik becak, sambil minum susu Dija mengulangi lagi permintaannya  "Buk, jangan ditinggal dong Buk!"
Jadi trenyuuuh......


Hari Ketiga, Jumat 12 Juli 2013
Aku memutuskan untuk mulai "melepas" Dija. Harus tega, harus kuat. Ketika masuk sekolah, begitu di pagar sekolah Bu Guru sudah menyambut, Dija gak mau memberi salam. Aku menemaninya masuk. Jam 08.45 Aku meninggalkan Dija dengan alasan mau ambil HP yang ketinggalan di rumah. Dija langsung digendong Bu Laila, tapi sambil menitikkan air mata. Nangisnya ditahan. Dija lalu diam saja, gak mau ikut main. Dija kemudian ditolong Bu Zaky (Kepala Sekolah). Dari tempat persembunyian, Aku masih mengawasinya. Bu Zaky mengajak Dija bicara cukup lama. Akhirnya Dija mau diajak jalan-jalan keliling sekolah dengan Bu Zaky untuk mencari tantenya. Setelah keliling sekolah dan tidak menemukan tantenya, Dija bersedia masuk kelas dengan Bu Zaky.

Waktu pulang, aku kembali menunggu di depan pintu kelas. Begitu keluar, Dija langsung memelukku, tapi kali ini sambil tersenyum.


Hari Keempat, Senin 15 Juli 2013
Seperti sebelumnya, Dija gak mau melepas tanganku begitu tiba di sekolah. Jika tanganku terlepas, maka dia akan memegang kakiku erat-erat, atau bajuku, atau tasku, atau jilbabku. Hehehehe....
Tapi hari itu aku meninggalkannya lebih awal. Dan ternyata Dija menangis keras, menjerit jerit memanggil namaku. Bu Laila mendampingi Dija, menggendongnya hingga jilbab Bu Laila basah karena air mata Dija. 




Bu Laila juga terus mengajak Dija bicara. Bahkan sempat berpura-pura menelponku agar segera menjemput Dija. Dija terus menangis, tapi dengan seksama mendengarkan telponnya Bu Laila. Ketika teman-teman nya yang lain masih upacara bendera, Bu Laila mendampingi Dija yang masih menangis kencang. Kasihan sekali melihatnya, ingin langsung menemuinya dan memeluknya agar tangisnya berhenti. Tapi ini waktunya belajar mandiri. Sekali lagi, harus tega, hiks




Lelah menangis, Dija pun mau masuk ke kelas sambil digandeng Bu Laila. Begitu semua anak masuk kelas, pintu kelas di tutup. Anak-anak tidak bisa melihat keluar jendela. Tapi Ibu-ibu bisa. Jadi, aku dan ibu ibu lain bergantian mengintip lewat jendela, tapi tetap waspada agar anak kami masing-masing tidak menyadarinya.

Pukul 10.00 waktunya pulang. Aku tidak menunggunya di depan pintu. Tapi dari tempat persembunyianku, aku melihat Dija sudah senyum... sudah mau mengambil sepatunya di rak. Meskipun belum mau pakai sepatu sendiri, dan belum mau berbaris dengan teman-temannya.


Aku menyambut Dija di depan sekolah, dan Dija berseri seri melihatku. Mulai bisa bercerita tentang sekolahnya. Bahkan aku diajak masuk lagi ke dalam kelasnya, Dija menunjukkan celengan plastik berbentuk ayam. Ada nama dan foto Dija di dada ayam itu. Dija dengan bangganya memasukkan uang koin ke dalam celengan. Sama sekali lupa tangisan nya beberapa jam sebelumnya.





Hari Kelima, Rabu 17 Juli 2013
Aku berusaha meninggalkannya lebih awal lagi, Dan Dija lagi lagi menangis histeris. Aku sudah menitipkan Dija pada Bu Laila, dan hari itu aku melihat Dija didampingi terus oleh Bu Lilik selama masa menangis. Tangisnya sudah mulai mereda saat di kelas. Dan Aku yang lagi lagi bergantian mengintip melalui jendela kelas, mulai bisa bernafas lega melihat Dija sudah mulai mau bergabung dengan yang lain. 


Ketika waktu pulang sudah tiba, dari tempat persembunyianku, aku melihat Dija keluar paling awal. Mengambil sepatunya lebih dulu, dan meminta bantuan gurunya untuk memasang sepatu. Sementara Gurunya memasang sepatu dan mempersiapkan kepulangan Dija, Dija celingak celinguk mencariku. Tampak sekali dia berusaha mencari emaknya, di tengah kerumunan orang tua murid yang menyambut kepulangan anaknya.

Aku sudah menunggunya di depan sekolah, dan Dija tampak sumringah...berlari ke arahku lalu memelukku senang.




Hari Keenam, 19 Juli 2013. 
Hari terakhir dari kesempatan dua minggu yang diberikan pihak sekolah. Tapi Dija masih juga tidak bisa dilepas. Bekerja sama dengan gurunya, Bu Lilik, aku berhasil melepaskan diri dari Dija. Meskipun Dija masih juga menangis keras, histeris dan awalnya sempat meronta ronta ketika Bu Lilik hendak menggendongnya, tapi aku harus belajar tega meninggalkannya. 

Pukul 08.45 aku meninggalkan sekolah dan kembali ke rumah. Di rumah, kepikiran terus. Gimana kabar Dija, apakah sudah berhenti menangisnya.... hiks...

Pukul 09.00 Aku kembali ke sekolah. Mengintipnya di kelas, Dija baik baik saja. Dia sedang berganti baju dengan teman-teman yang lain. Memang sekolah Dija agak unik, karena setiap hari anak-anak membawa baju ganti ke sekolah. Begitu hendak istirahat, seisi kelas beramai ramai berganti pakaian. Dari baju seragam ganti ke baju bermain (biasanya berbahan kaus agar anak anak nyaman). Hingga pulang sekolah, anak-anak tetap memakai baju bermainnya.

Maaf, Foto berikut agak buram dan gak fokus ke Dija. Tapi Dija terlihat sudah berganti baju, dan duduk manis di dekat whiteboard.




Ketika sudah dekat waktunya pulang, dan anak anak berbaris untuk bersama sama menuju pintu keluar, Dija tampak sudah tak sabar. Dia mendahului barisannya, dan celingak celinguk melihat ke arah pintu keluar. Pasti dia berharap secepatnya dijemput. Sabar ya Nak....





Alhamdulillah Dija bisa bersabar menunggu guru dan rombongannya untuk bersama-sama keluar dari sekolah menuju ke halaman depan dimana orang tua berkumpul untuk menjemput anak-anaknya. Dari kejauhan, aku melihat Dija di dalam barisan... terharu rasanya, anakku sudah mau berbaris dengan teman-temannya.






Memasuki minggu ketiga, mulai Senin 22 Juli 2013, Dija sudah mulai banyak kegiatan memperingati bulan ramadhan. Ada acara pengumpulan zakat fitrah, pembagian zakat fitrah, praktik sholat idul fitri, juga buka puasa bersama keluarga di sekolah.

Laporannya menyusul yaa..... postingan ini sudah terlalu panjang, hehehhee


NOTE : postingan untuk kepentingan pribadi, untuk dokumentasi, semoga masih bisa dibaca kelak ketika Dija dewasa.


Demikianlah catan kecil pada Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija

dan inilah yang bisa Putri Dija sahare. sekali lagi Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija berterimakasih banget sudah mau mampir ke blog ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat serta inspirasi untuk anda teman-teman semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan Putri Dija selanjutnya, jangan lupa sering mampir ke blog ini ya, dan jangan lupa bagiakan artikel ini ke teman-teman dan sodara. Dadah......

Anda sekarang membaca artikel Tentang The First Two Weeks in Playgroup Al Iman Jombang | Diary Putri Dija dengan alamat link http://putridija.blogspot.com/2013/07/tentang-first-two-weeks-in-playgroup-al.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Ballet by Jatayu Elite Studio Jombang | Diary Putri Dija

Tentang Snow White | Diary Putri Dija

Tentang Buku Baruku | Diary Putri Dija