Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija - Hallo sahabat Putri Dija yang aku sayangi dan aku rindukan, pembaca Diary Putri Dija, Terimakasih sudah mampir di Diary Putri Dija yang sederhana ini, Saat ini diary yang Putri Dija tulis dengan judul Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija, Putri Dija sudah sengaja membuat artikel diary ini dengan maksut sebagi dokumentasi saja. Mudah-mudahan isi diary dengan label
diary Baby Dija's Story,
diary Baby Dija's Things, yang Putri Dija tulis ini dapat menjadi inspirasi buat teman-teman. Baiklah, selamat membaca, semoga bermanfaat, Jangan lupa subcribe Blog Diary Putri Dija ya...???
Judul : Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
link : Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
Anda sekarang membaca artikel Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija dengan alamat link http://putridija.blogspot.com/2014/01/tentang-curhat-tante-elsa-diary-putri.html
Judul : Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
link : Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
Catatan Tante Elsa :
* Sabtu 21 Desember 2013, Dija menerima rapor pertamanya. Saat itu, Gurunya Dija sempat bercerita bahwa dua minggu terakhir ini, Dija kurang ekspresif di sekolah, kurang bersemangat, dan entah kenapa jadi pendiam, beda dari biasanya yang ceria. Beliau sempat bertanya, apakah ada sesuatu di rumah sehingga Dija berubah. Aku jadi bingung sendiri, karena dua minggu Dija di rumah, semuanya baik baik saja. Dija ceria seperti biasa dan sama sekali tidak ada perubahan. Akhirnya karena masih menjadi misteri, maka Gurunya memberiku PR untuk menanyai Dija tentang apa yang terjadi. Sayangnya, setelah penerimaan rapor, Dija berlibur ke rumah ayahnya selama dua minggu. Aku jadi tidak bisa bertanya pada Dija. Tapi menurut laporan, selama berlibur, Dija sangat ceria dan baik baik saja. Maka aku simpulkan, tidak ada masalah apa apa.
* Senin 6 Januari 2014, hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Dija tampak kurang bersemangat, aku pikir itu karena sindrom liburan, yang terbiasa bangun agak siang, sekarang harus bangun pagi untuk sekolah. Tapi Dija termasuk gampang bangun pagi, mandi pagi (makan pagi tetep susah). Pakai seragam juga masih semangat. Tapi begitu hendak berangkat, Dija tiba tiba kurang semangat.
Sepulang sekolah, Bu Guru bercerita padaku, bahwa Dija menangis di sekolah. Aku terkaget kaget, ada apa gerangan. Bukankah selama ini sekolah adalah hal yang menyenangkan baginya?
Aku dapat PR lagi untuk menginterograsi Dija, kenapa nangis di sekolah.
* Selasa 7 Januari 2014, Dija menikmati harinya. Ceria seperti biasa. Aku belum berhasil mendapatkan jawaban darinya, kenapa menangis di sekolah. Setiap ditanya, Dija jawab "Gak tau" sambil ketawa ketawa.
*Rabu 8 Januari 2014, Masuk sekolah lagi. Dija bener bener males ketika mau berangkat. Seperti berat banget. Sama sekali tidak semangat. Tapi tetep sekolah. Dan pulang sekolah, Bu Guru lagi lagi bercerita kalo Dija menangis lagi di sekolah, kali ini lebih lama dari hari senin yang lalu. Aku semakin bingung. Ada apa gerangan..... karena begitu nyampe rumah, Dija ceria lagi. Ketika ditanyain, kenapa kok nangis, Dija lagi lagi jawab "Gak tau".
* Kamis 9 Januari 2014, aku tidak bertemu Dija seharian karena harus ke Solo.
* Jumat 10 Januari 2014, Waktunya masuk sekolah lagi. Dija lebih malas dari biasanya. Tapi semua persiapan dilaluinya. Hingga saatnya mau berangkat sekolah, Dija menitikkan air mata, aku memeluknya. Bertanya ada apa. Dija diam dan menangis. Aku mengajaknya berangkat sekolah, Dija malah menangis lebih keras. Masih dalam tangisannya, aku bertanya pelan pelan berkali kali. "Apakah ada teman yang nakal di sekolah?", Dija awalnya diam dan menangis terus. tapi aku bertanya lagi dan lagi. Akhirnya Dija mengangguk, masih menangis di pelukanku. Aku pun bertanya lagi, "Siapa yang nakal?" tapi Dija tidak mau menjawab. Aku kemudian menyebutkan satu persatu nama teman sekelasnya..... beberapa kusebutkan namanya, Dija menggeleng. Kemudian sampai pada satu nama, Dija mengangguk. Aku meneruskan menyebut nama teman-teman sisanya, dan Dija menggeleng. Jadi memang sudah ketemu satu nama terduga yang membuat Dija tak nyaman di sekolah.
Aku berusaha menginterograsinya lebih lanjut, kenapa Dija merasa tidak nyaman dengan satu nama itu, apakah Dija pernah disakiti, apakah dipukul, bertengkar biasa atau yang lain... Dija larut dalam tangisnya tak mau menjawab. Aku mengontak Gurunya, menceritakan semuanya dan Gurunya bilang, sebaiknya tetap Setelah dibujuk bujuk sedemikian rupa, termasuk janjiku untuk menungguinya di sekolah, dan di antar oleh segenap keluarga, akhirnya Dija mau berangkat. Hari itu, kami beramai ramai mengantar Dija ke sekolah.
Sepanjang perjalanan, Dija tidak menangis. Aku ajak ngobrol sudah mau. Tapi begitu mendekati sekolahnya, Dija menangis lagi dengan kerasnya. Air matanya membanjir, pipinya basah, jilbabnya juga basah. Aku meng
gandeng tangannya hingga ke gerbang, menyerahkan ke gurunya. Dan Bu Gurunya memeluk Dija erat erat.
Jangan tanya perasaanku, sejak dari rumah aku menahan tangis. Gak tega melepas Dija yang begitu emosional menunjukkan ke enggan annya ke sekolah. dan pagi itu, aku sudah stand by di sekolah Dija sejak jam 9. Saat istirahat, Dija tersenyum melihatku dari jauh, Dia sudah tenang, dan sudah mau bermain sama dengan sahabatnya, Mbak Vani.
15 menit menjelang waktu pulang, Aku mengobrol ria dengan salah seorang mama dari teman sekelasnya Dija. Si Mama tadi melapor padaku, anaknya kemaren bercerita bahwa Dija hari rabu menangis lama karena dipukul oleh si satu nama terduga itu. Serasa mendapat petunjuk dari misteri yang sudah lama belum terpecahkan, hari itu semuanya tiba tiba terkuak. Sayangnya, sampai sekarang aku belum tau, bagaimana pemukulan itu terjadi, dan apanya Dija yang dipukul sehingga Dija begitu traumanya.
Saat pulang, Bu Guru bercerita padaku, bahwa beliau hari itu sudah berusaha mendamaikan satu nama terduga dengan Dija, berusaha mendekatkan mereka berdua, dan berusaha memberi pengertian pada Dija agar tidak perlu takut lagi pada temannya itu.
Yo wes lah, kita lihat saja perkembangannya....
* Sabtu dan minggu setelahnya... Dija baik baik saja di rumah, Ceria tidak ada masalah, bermain seperti biasanya. Hanya saja saat aku mengungkit tentang sekolah, Dija jadi tidak bersemangat. Sesuai saran Bu Guru, aku mencoba mengiming-imingi reward. Melihat Dija ingin main ke Taman KebonRojo untuk membeli keong warna warni, maka aku bilang kalo di sekolah gak nangis lagi, nanti aku ajak kesana sepulang sekolah. Dija sedikit lebih bersemangat.
* Senin 13 Januari 2014. Bangun pagi dan mandi pagi, lancar jaya. Pakai baju, sisir rambut, juga gak ada masalah. Makan pagi gak mau. Semua sudah siap, begitu mau berangkat sekolah.... sudah pakai jilbab dan sudah pakai sepatu, Dija malah memelukku dan menangis lagi. Aku benar benar tidak tega. Jadi sediiiiiiiiih banget.... kenapa anakku jadi trauma begini. Separah apa kejadian di sekolahnya.....
Aku tetap mengantarnya ke sekolah. Kami berdua saja, naik mobil. Aku menyetir, dan dija di sampingku sambil menangis terus sepanjang perjalanan. Aku berusaha menahan tangis juga.... berusaha sekuat tenaga membesarkan hatinya, menyemangatinya, dan berkata semua akan baik baik saja... berpesan ini itu... tapi Dija tetap menangis. Dija tetap enggan melepas tangannku... tapi Bu Lilik, gurunya Dija sudah siap menyambutnya dengan pelukan.
Melihatnya berjalan masuk ke sekolah rasanya berat dan menyesakkan dada....
aku menangis sendirian dalam perjalanan pulang.....
* Postingan ini ditulis sepulang mengantar Dija berangkat sekolah. Sebentar lagi Aku akan meluncur ke sekolah Dija, agar saat waktunya dija istirahat nanti, dia bisa melihatku dari kejauhan, semoga itu bisa menentramkan hatinya. Aku sih sedikit lebih tenang, karena memandang sebenarnya ini adalah masalah sepele. namanya juga anak anak, bertengkar itu biasa. Tapi bagaimana cara orangtua dan Guru mengatasinya, itu yang bisa menjadi masalah jika penanganannya tidak tepat. Karena trauma ini akan diingat seumur hidup.... bagaimana kami (aku dan gurunya Dija) mengatasi trauma nya itu lho yang tidak mudah...
Semoga hari ini Dija bisa melalui sekolahnya dengan menyenangkan dan penuh semangat.
hiks....
teman-teman blogger yang mempunyai pengalaman serupa, yuk sharing.....
Demikianlah catan kecil pada Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija
dan inilah yang bisa Putri Dija sahare. sekali lagi Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija berterimakasih banget sudah mau mampir ke blog ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat serta inspirasi untuk anda teman-teman semua. Baiklah, sampai jumpa di postingan Putri Dija selanjutnya, jangan lupa sering mampir ke blog ini ya, dan jangan lupa bagiakan artikel ini ke teman-teman dan sodara. Dadah......
Anda sekarang membaca artikel Tentang Curhat Tante Elsa | Diary Putri Dija dengan alamat link http://putridija.blogspot.com/2014/01/tentang-curhat-tante-elsa-diary-putri.html

Komentar
Posting Komentar